Cagar Budaya Kab. Sidenreng Rappang

       Makam Addatuang Sidenreng La Sadapotto berbentuk persegi panjang dengan ukuran makam yaitu panjang 120 cm, lebar 60 cm dan tinggi batu nisan 70 cm. Makam tersebut mempunyai dua batu nisan dengan bentuk gada menyerupai kubah mesjid dan berukir, mewakili masa gaya peradaban Islam dengan warna dasar batu nisan putih perak dan abu-abu. Bahan dasar batu nisan terbuat dari batu padas dan andessif, kemudian orientasi makam tersebut menghadap dari utara ke selatan seperti layaknya makam lainnya. Makam tersebut terletak didepan samping Mesjid Nur Jihad Pajalele kec. Tellu Limpoe kab. Sidenreng Rappang Propinsi Sulawesi-Selatan dengan titik koordinat S 03, 97 260", E 119,79,716 "dan berada diatas ketinggian 66 meter di atas permukaan laut.

       La Sadapotto adalah Raja Sidenreng/ Addatuang Sidenreng yang ke-X. Beliau menggantikan kakaknya yaitu Sumange Rukka yang wafat pada tahun 1905 M. Pada tahun itu juga La Sadapotto diangkat menjadi Raja/ Addatuang Sidenreng. La Sadapotto melaksanakan amanah dengan arif, bijaksana dan tegas. Pada masa pemerintahannya wilayah kerajaan Sidenreng dan Rappang selalu mendapat serangan dari pihak pemerintah Belanda.

       La Sadapotto selalu memimpin peperangan di medan laga sehingga beliau dikenal dengan julukan " Petta Jinirale " atau Petta Jenderal. La Sadapotto akhirnya menyerah kepada pihak Belanda karena kekuatan pasuka yang tidak seimbang yang mana pihak Belanda sudah menggunakan taktik dan peralatan tempur modern sehingga pada tahun 1906 la Sadapotto menyerah dengan syarat melalui perjanjian. Pihak kerajaan Sidenreng satu-satunya yang tidak mau menyerah taitu kapitang Bolong selaku panglima perang kerajaan Sidenreng tetapi akhirnya di tangkap Belanda dan dipenjara hingga akhir hayatnya.

       La Sadapotto mangkat/ wafat pada tahun 1909 Masehi dan beliau menjabat sebagai Raja/ Addatuang Sidenreng selama 4 tahun yang kemudian di gantikan oleh anaknya yaitu La Tjibu menjadi Raja/ Addatuang Sidenreng ke-XI pada tahun 1909 M.