BANGUNAN BOLA LAMPE'E
Deskripsi : Rumah
Adat Bola Lampe'E atau rumah panjang berbentuk rumah panggung ciri khas
Sulawesi-Selatan
dengan beberapa tiang dan mempunyai dua buah tangga. Rumah panggung tersebut
terbuat dari kayu bitti dengan warna dasar merah maron, hijau, coklat tua dan
hitam. Usia dari rumah adat tersebut kurang lebih 100 tahun dengan orientasi
bangunan rumah tersebut menghadap dari barat ke timur dengan ukuran rumah
tersebut adalah panjang 14 meter, lebar 6 meter dan tinggi 8 meter. Lokasi
bangunan rumah tersebut di posisi titik koordinat S 03. ", E 119. dengan elevasi 45 meter di atas permukaan
laut dan menempati areal situs kurang lebih 1 hektar. Bnagunan rumah Bola
Lampe'E ini bertempat di Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu limpoE, Kabupaten
Sidenreng Rappang Propinsi Sulawesi-Selatan.
Latar Sejarah:Bola Lampe'E
adalah rumah milik Pejuang Pergerakan Bangsa di wilayah Kabupaten Sidenreng
Rappang yaitu Andi Sulolipu. Beliau juga menjabat sebagai Petta Pabbicara
Amparita yang diturunkan dari Ayahnya yaitu La Pakkerangi selaku Pabbicara
Sidenreng pada masa itu.
Pada
masa Revolusi kemerdekaan Indonesia rumah panjang tersebut dijadikan tempat
untuk berunding dan rapat dalam menyusun strategi perjuangan pergerakan dalam
menentang pemerintah Belanda di wilayah Sidenreng Rappang. Sumber lain
menjelaskan bahwa bangunan rumah Lampe'E dibangun atas prakarsa dari pemerintah
Belanda.
Andi
Sulolipu Petta Pabbicara Amparita adalah seorang pahlawan pejuang kemerdekaan
di Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk menghormati perjuangan Andi Sulolipu dan
atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada Nusa, Bangsa dan Negara, pemerintah
telah menganugerahkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Pejuang Kemerdekaan
Republik Indonesia dari pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang.
Srtuktur Makam Wa' Battoa
Deskripsi :Makam Wa' Battoa
berbentuk persegi panjang, berundak- undak dan
memiliki
dua tangga yang terbuat dari beton. Makam tersebut terletak di Kelurahan
Pajalele Kecamatan Tellu limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang Propinsi
Sulawesi-Selatan. Posisi makam /Orientasi menghadap dari utara -selatan dengan
ukuran makam yaitu panjang 3 meter, lebar 3 meter dan tinggi 1 meter dan tinggi
batu nisan 50 Cm. Kondisi makam terawat baik dengan warna batu nisan putih
abu-abu dan bahan dasar batu nisan terbuat dari batu andessif dengan bentuk
batu nisan sebuah bongkahan batu menyerupai menhir persegi. Makam tersebut di
buatkan rumah beratap seng dan mempunyai empat tiang kayu. Luas situs tersebut
sekitar 2.000 m2 dengan titik koordinat S 03, 97 260 , E 119, 79 716 dan berada diketinggian 66 meter di atas
permukaan laut.
Latar Sejarah :
Wa ' Battoa adalah tokoh
masyarakat di daerah
Massepe Sidenreng
Rappang dalam hal pandai
Besi/ pembuat benda tajam dan peralatan dapur seperti parang, badik, tombak
peralatan memasak dan lain sebagainya. Wa' Battoa adalah orang pertama yang
mepelopori keahlihan pandai besi yang sekarang menjadi mata pencaharian
penduduk setempat di Massepe yang diturunkan secara turun temurun.
Keahlihan tersebut lahir
sekitar abad ke - 17 Masehi dan belum diketahui secara jelas tahun berapa
karena tidak ada sumber yang menjelaskan tentang itu. Makam Wa' Battoa sering
dikunjungi oleh masyarakat setempat untuk bersiarah , bahkan banyak pula untuk
maksud tertentu.
Wa' Battoa is the figure of Massepe people for the backsmith to make things iron for the sample knife, sword, cleaver, machete, the kitchen equitment, carpentry equitment, and all of equitment. Wa' battoa were pionner who of expert the blacksmith who of tobe occupation people in Massepe until now and fery famous in the other region.
BANGUNAN SAORAJA MASSEPE
Deskripsi : Saoraja Massepe adalah rumah adat ( Istana ) raja dan keluarga
Addatuang Sidenreng
yang
terletakdi Kelurahan Massepe, Kecamatan Tellu LimpoE, kabupaten Sidenreng
Rappang Provinsi Sulawesi-Selatan dengan
jarak tempuh dari ibukota kabupaten 12 km, berada diatas ketinggian 66 meter
dari permukaan laut dengan titik koordinat S 403 26.3, E 119 49 34.1 dan dengan luas areal
situs adalah 1697 m2. Rumah Adat tersebut
berbentuk rumah panggung khas Sulawesi-Selatan dengan beratap bersusun dua
dengan model arsitektur yang mirip dengan bangunan cina karena menurut kabar
bahwa sewaktu di bangunnya Saoraja massepe tukangnya sebagian orang cina.
Saoraja Massepe bahan dasarnya terbuat dari kayu Bitti dan kayu ulin dan posisi
rumah Saoraja tersebut menghadap dari
barat ke timur dengan warna dasarnya adalah kuning muda ( krem ), merah maron
dan coklat, rumah ini terbagi atas
3 ruangan yaitu ruang tamu, ruang tengah dan ruang dapur, memiliki pintu
berdaun ganda dan 5 jendela berdaun ganda dengan jeruji sebanyak 5 buah, 2
jendela berukuran 1 m X 2 m tanpa jeruji. Ukuran rumah
Saoraja tersebut yaitu panjang 16 meter, lebar 8 meter dan tinggi 8 meter
kemudian rumah tersebut menempati lokasi seluas kurang lebih panjang 40 meter
dan lebar 30 meter, dibagian depan
rumah terdapat teras ( lego-lego ) yang berukuran 150 cm X 100 cm dan terdapat
tangga yang terbuat dari beton yang dahulunya adalah tangga kayu. Rumah Saoraja
ini telah beberapa kali direnovasi dan pertama kali direnovasi tahun 1975
dengan mengganti atap ilalang menjadi atap seng dan pada tahun 2012 terkena
bencana angin puting beliung sebagian atapnya terlepas sehingga direnovasi
kembali.
Latar sejarah Saoraja
Massepe adalah rumah istana keluarga Addatuang Sidenreng yang menurut kabar
dari tuan rumah mengatakan bahwa usia rumah tersebut sekitar 200 tahun jadi Saoraja
Massepe didirikan sekitar tahun 1814
jika menghitung dari tahun 2014.
Saoraja
Massepe didirikan oleh H. Andi Machmud Pette Kape ( Petta MatoaE ), beliau adalah pejabat
di lingkungan kerajaan Sidenreng sebagai Pabbicara Massepe.
Saoraja
Massepe pada masa pemerintahan kerajaan Sidenreng digunakan sebagai pusat
kendali pemerintahan dan budaya,
Saoraja tersebut telah dilalui pada tiga masa pemerintahan yaitu dari Addatuang
La Pawowoi, masa Addatuang la Panguriseng dan masa pemerintahan Addatuang La
Sadapotto. Pada masa sekarang Saoraja Massepe menjadi
simbol kebesaran kerajaan Sidenreng dan tempat musyawarah para pemangku adat/
Lembaga Adat
di Kabupaten Sidenreng Rappang. Acara ritual yang biasa dilaksanakan pada Saoraja tersebut
adalah Pencucian benda-benda pusaka kerajaan Sidenreng yang dilaksanakan 3 kali dalam 2
tahun dan sebagai tempat pelantikan/ pengukuhan Addatuang Sidenreng terakhir
setelah masa kemerdekaan yang dilaksanakan pada tanggal 29 bulan Desember tahun 2012.
Saoraja Massepe or the house of the Royal of King Addatuang Sidenreng to use as the centre of yhr control goverment, politic and culture. This house was passed for three goverment namely were Addatuang la pawowoi, Addatuang La Panguriseng, and Addatuang La Sadapotto. And now Saoraja Massepe to be symbol the greatness of the Kingdom Sidenreng and as the place deliberation or discution for custom stakeholders tradition in Sidenreng rappang Regency Indonesia.
Gua Kelelawar begitu sebutannya dikarenakan didalam gua
tersebut banyak satwa kelelawar yang bersarang di sana. Gua Kelelawar
tersebut terletak di desa Maddenra Kecamatan Kulo Kab. Sidenreng Rappang
bertempat di Taman Wisata Alam Cabbenge dengan letak koordinat S 03 46
605 ", E 119. 47 762 dengan ketinggian di atas permukaan laut sekitar
90 meter.
Jarak tempuh letak gua tersebut dari pemukiman
penduduk di desa Maddenra sekitar 3 kilometer ke arah timur dengan
memasuki areal hutan lindung Taman wisata Alam Maddenra Kulo dengan
kondisi alam yang cukup menarik dan masih asli keragaman biota darat
baik tumbuh-tumbuhan maupun satwanya. Latar belakang sejarah yang
menyingkap gua tersebut kami dapatkan dari beberapa orang penduduk
setempat dan aparat pemerintah mengatakan bahwa gua tersebut dahulu
sering dipakai sebagai tempat persembunyian para pejuang kita dalam
mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Belanda dan pemerintah
pendudukan Jepang, memang situasinya sangat strategis dan sangat
tersembunyi sebagai tempat yang aman dari incaran tentara Belanda dan
Jepang, apalagi jika ada serangan udara yang dilancarkan tentara Jepang
karena di daerah tersebut tidak terlalu jauh dai pangkalan militer
Jepang yaitu pangkalan udara tentara Jepang di Malimpung Pinrang.
Jika di lihat dari udara memang susah terdeteksi karena mulut gua
tersebut berada di bawah akar pohon yang besar yang usianya sudah
ratusan tahun dan hampir tertutup oleh akar pohon. bentuk mulut gua
tersebut berbentuk segi tiga dengan diameter sekitar 2,7 meter dan jalan
masuknya mengarah ke bawah turun seperti tangga. Jika dilihat dari
mulut gua seperti sempit tetapi setelah masuk kedalam ternyata luas
dengan banyak ruang yang bersekat-sekat, didalamnya terdapat stalaktik
dan stalaktik yang tidak terlalu panjang seperti gua lain pada umunya.
Batuan disekitar gua tersebut adalah batuan kaars atau kapur seperti
batu karang. Pada dasarnya tempat tersebut menyimpan potensi yang besar
bagi dunia wisata dan budaya dan jika ditilik dari latar sejarah maka
tempat tersebut dapat didata untuk registrasi cagar budaya di daerah ini
dan kami sedang mengolah datanya, mudah-mudahan ada tindak lanjutnya
dalam pengembangan obyek tersebut.
The Bat Cave were located in Cabbenge Maddenra Village, distric of Kulo , Sidenreng Rappang Regency, South Sulawesi Province Indonesia. The Cave who of made from nature from yhe skin earth belong the last time ago. Thet place at the koordinat S 03, 46 605, E 119, 47 762" and elevation about 90 meters from the sea. The cave had the history background for the independent of Indonesia.



